Jumat, 30 November 2012

Antologi Visual; Episode RahwanaShinta di Bentara Budaya Jakarta

 *****RahwanaShinta: Kasih (Urban) Tak Sampai*****


Dalam sebuah poster di kantor, gw melihat agenda Bentara Budaya Jakarta (Kompas-Pal Merah) yang memuat sebuah jadwal pementasan RahwanaShinta di samping beberapa acara lainnya. Sontak saja mata gw terfokus pada judul RahwanaShinta di mana ada penampakan foto yang menggambarkan adegan teatrikal. Di foto tersebut, cukup besar menampakkan sosok Ocky Sandy Lemon dan Maryam Supraba (Meimei) yang tengah beraksi dalam sebuah peraduan peran.

RahwanaShinta bukanlah lakon pewayangan RAMA-SHINTA yang kita kenal selama ini, Ocky, pada sekitar tahun 2008 silam mulai menggarap lakon RahwanaShinta dari kacamata yang berbeda. Dalam hal ini, ada pembelaan terhadap sosok Rahwana yang dikenal kejam, menjadi sosok yang memiliki cinta, walau tetep memaksa :p

Ocky memosisikan diri sebagai Rahwana yang merupakan Sang terhormat di negeri Alengkadiraja sebagai "Bogalakon" atawa Sang Protagonis Mayor. Baginya, sosok Rahwana adalah pahlawan bagi rakyatnya. Jadi, lakon RahwanaShinta karya Ocky lemon ini, menawarkan sebuah paradoks yang mungkin di luar mainstream kisah Pewayangan Rama-Shinta yang selama ini dikenal.

Gw sendiri cukup mengikuti perkembangan RahwanaShinta dari mulai tahapan ide belaka. Sebab, Ocky dan gw sama-sama lahir di kelurahan Buah Batu 212, pada masa-masa itu diskusi kecil selalu terjadi. Pada garapan pertamanya, RahwanaShinta versi Ocky Lemon dibawah naungan Teater Cassanova (saat ini digarap serius oleh Ken Zuraida Project-KZP). Saat itu, lakon RahwanaShinta yang "Nakal" tersebut, diapresiasi di beberapa Kota di Jawa Barat hingga Bali dan Lombok (kalo gak salah ye). RahwanaShinta yang digarap Ocky memang dibuat untuk tidak tuntas (Nah, loh!?) Alur yang terbangun apik di awal cukup memberikan warna baru dengan kisah yang telah di dekonstruksi. Namun, menjadi tidak tuntas, karena Ocky sebagai Sutradara yang juga empunya ini lakon, menyerahkan sepenuhnya ending lakon RahwanaShinta kepada para Nonton yang datang mengapresiasi. Hal tersebut memberikan interaksi dialogis teatrikal, di mana para Nonton dan para Lakon, juga sutradara kudu berunding untuk menyelesaikan lakon yang ngambang tersebut.

Para pelaku pro-tradisi, tentu tetap dengan wacana klasiknya yang Tetep juga menyalahkan figur Rahwana yang menculik Shinta. Namun, di sisi lain, para pro-Urban fanboy tidak lagi peduli akan alur klasik yang sudah disepakati secara universal, sebaliknya mereka turut memberikan berbagai alternatif konklusi gaya baru lakon RahwanaShinta. (itu dulu!)

Pada pertunjukan terbarunya di Bentara Budaya Jakarta 24 November 2012 yang lalu, Inetraksi dialogis antara Sutradara, Para Lakon, dan Para Nonton tidak terjadi. Entah apa, tapi justru menurut gw, ketiadaan hal tersebut untuk menyelesaikan alur, menjadi hambar bagai sinetron kicis2 yang tayang di Indosiar :p Sayang memang, karena bagi gw yang menyimak RahwanaShinta dari awal merasakan kehilangan ruh dari lakon ini.

Pertunjukan yang berjalan sekira satu jam lebih sedikit itu, dibangun dengan struktur dramatik yang cukup apik dan membawa para Nonton (hampir) hanyut kedalam konflik Klasik (di mana setelah menculik Shinta, Sri Rama & Hanoman akan datang menunggangi Jatayu untuk menyelamatkan Shinta, dan menghajar Rahwana). Namun, hal tersebut tentu tidak ada dalam lakon RahwanaShinta, sebab sesaat ketika Sri Rama dan Hanoman datang mempertanyakan kesucian Shinta, dengan bala perang yang siap tempur dari Negeri Ayodya, Rahwana sang pahlawan Alengka malah urung "ciut" dan langsung melakukan interupsi pada Sutradara!!!??? (maksud Lu?)

Ya, memang demikian kejadiannya. Rahwana atawa Ocky Lemon langsung Ber-Interupsi kepada sutradara dan menghentikan lakon tersebut!

"Saya tidak mau perang ini terjadi!! Apa semua permasalahan harus diselesaikan dengan peperangan?" Ucap Sandy lemon sang Rahwana dan Sang empunya ini cerita tentunya.

Pada adegan tersebut di atas, seharusnya menjadi semacam Gimmick atawa Spectacle  yang membuat lakon ini Berhasil menipu daya apresiator! Tapi sayang, wacaya dan gagasan yang ingin disampaikan Ocky pada 24 November 2012, Timing-nya melesat alias tidak tepat. Maka munculah keraguan atas wacana yang lama diusung oleh Sandy Lemon. Hal tersebut membuat lakon ini dengan lakon yang sama saat dipentaskan di masa lalu menjadi kurang greget :p Tapi gw gak tau apakah di hari kedua pementasan ini telah diperbarui lagi atau tidak.

*****RahwanaShinta*****

Padahal, gw sudah berkonsep (kalo-kalo ini mah) Akhir ceritera alur lakon ini diserahkan kepada penonton, gw mau bilang ke Rahwana, renggut saja kesucian Shinta-nya sebelum dibalikin ke Sri Rama, toh zaman sekarang orang "berpacararan" saling mencicipi "kesucian" jadi Lumrah doong??? Atawa Lamar aja sekalian (PEDEWEGE weh atuh... :p ) mengapa saya hendak berkata demikian, karena jauh2 hari di Prancis sana telah ada lakon yg mirip-mirip gitu La Belle et la Bête atawa kita kenal dengan Beauty and The Beast di mana si buruk rupa dan si jelita toh bisa bersama dalam mahligai kasih sayang :) Jadi seharusnya lakon RahwanaShinta memang harus diselesaikan oleh para Nonton atawa apresiator. Karena, memang di sana-lah letak pertunjukannya, lebih tepatnya disaat itulah KLIMAKS yang senyatanya. Tabik!


Bingung baca tulisan di atas? Mendingan saksikan saja foto-fotonya.. ]
I Salute You.. Sukses Terus Lur Ocky Sandy Lemon!

Rakoes





























            
 To Be Continues...
                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar